SEORANG TUKANG
RAMBUTAN KEPADA ISTRINYA
“Tadi siang ada yang
mati,
Dan yang mengantar
banyak seklali
Ya.
Mahasiswa-mahasiswa itu. Anak-anak sekolah
Yang dulu berteriak
dua ratus, dua ratus!
Sampai bensi juga
turun harganya
Sampai kita bias naik
bis pasar yang murah pula.
Mereka kehausan dalam
panas bukan main
Terbakar mukanya di
atas trukterbuka
Saya lemparkat
sepuluh ikat rambutan kita Bu
Biarlah sepuluh ikat
huga
Memang sudah rejeki
mereka
Mereka berteriak
kegirangan dan berebutan
Seperti anak-anak
kecil
Dan menyoraki saya.
Betul bu, menyoraki saya
“Hidup tukang
rambutan ! hidup tukang rambutan
Dan ada yang turun
dari truk, bu
Mengejar dan
menyalami saya
“Hidup rakyat!”
teriaknya
Saya dipanggul dan
diarak-arak sebentar
“Hidup pak rambutan!”
sorak mereka
“Terima kasih pak,
terima kasih!
“Bapak setuju kami
bukan ?”
Saya
menganguk-angguk. Tak bias bicara
“Doakan perjuangan
kami pak!”
Mereka naik truk
kembali
Masih meneriakkan
terima kasihnya
“Hidup pak rambutan!
Hidup rakyat!
Saya tersedu belum
pernah seumur hidup
Orang berterima kasih
begitu jujurnya
Pada orang kecilnya
seperti kita”
No comments:
Post a Comment